1.
PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut
menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu :
kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).[1]
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).[1]
Pemimpin
juga seorang yang karena kecakapan pribadinya dengan atau tanpa
pengangkatanresmi dapat memengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengerahkan
usaha bersama kea rah pencapaian sasaran-sasaran tertentu.[2]
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok atau aktivitas memimpin hakikatnya meliputi suatu hubungan dan adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja kearah pencapaian sasaran tertentu.[3]
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok atau aktivitas memimpin hakikatnya meliputi suatu hubungan dan adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja kearah pencapaian sasaran tertentu.[3]
2.
TIPE KEPEMIMPINAN
Situasi lingkungan bisnis yang secara dinamis terus berubah menuntut perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kegagalan dalam mengenal perubahan dan kecepatan beradaptasi dapat menyebabkan perusahaan tidak memiliki daya saing yang baik.
Ada empat tipe kepemimpinan yang dapat digunakan untuk berbagai organisasi:
a. Directive
Adalah salah satu tipe kepemimpinan tertua dan seringkali disebut juga dengan pendekatan otoriter. Dalam tipe ini, pemimpin akan menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengharapkan mereka untuk segera melakukannya.
b. Participative
Dalam tipe ini, pemimpin mencari input dari pihak lain dan mengajak orang-orang yang relevan dengan pembahasan untuk pengambilan keputusan
c. Laissez-faire
Mendorong inisiatif dari banyak pihak agar bersama-sama memikirkan bagaimana proses pengerjaan sampai menghasilkan outcome.
d. Adaptive
Gaya kepemimpinan yang mengalir dan menyesuaikan gaya sesuai dengan keadaan lingkungan dan individu yang berpartisipasi. Selain itu biasanya para pemimpin, bersifat dewasa secara mental dan emosional. Kedewasaan mental mencakup kebiasaan metodologi ilmiah dan pengertian. Dimilikinya keseimbangan emosional bahkan penting bagi seorang pemimpin.[4]
Situasi lingkungan bisnis yang secara dinamis terus berubah menuntut perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kegagalan dalam mengenal perubahan dan kecepatan beradaptasi dapat menyebabkan perusahaan tidak memiliki daya saing yang baik.
Ada empat tipe kepemimpinan yang dapat digunakan untuk berbagai organisasi:
a. Directive
Adalah salah satu tipe kepemimpinan tertua dan seringkali disebut juga dengan pendekatan otoriter. Dalam tipe ini, pemimpin akan menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengharapkan mereka untuk segera melakukannya.
b. Participative
Dalam tipe ini, pemimpin mencari input dari pihak lain dan mengajak orang-orang yang relevan dengan pembahasan untuk pengambilan keputusan
c. Laissez-faire
Mendorong inisiatif dari banyak pihak agar bersama-sama memikirkan bagaimana proses pengerjaan sampai menghasilkan outcome.
d. Adaptive
Gaya kepemimpinan yang mengalir dan menyesuaikan gaya sesuai dengan keadaan lingkungan dan individu yang berpartisipasi. Selain itu biasanya para pemimpin, bersifat dewasa secara mental dan emosional. Kedewasaan mental mencakup kebiasaan metodologi ilmiah dan pengertian. Dimilikinya keseimbangan emosional bahkan penting bagi seorang pemimpin.[4]
3. TEORI KEPEMPIMPINAN
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
Kepribadian pemimpin, skillnya, pengalamannya, kepercayaannya, kesadaran akan harkat dirinya, jenis pengikutm interaksi dan iklim organisatoris mempengaruhi kelakuan seorang pemimpin dan apa yang dilakukan olehnya atau tidak dilakukan olehnya. [5]
Teori
kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi
mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara
lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul
sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan
dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang
menjadi pemimpin, antara lain:
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.[6]
Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan, sedangkan teori itu, yaitu:
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
Lain halnya dengan Keith Davis merumuskan empat
sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, yaitu antara lain: kecerdasan, kedewasaan dan keluasan hubungan
sosial, motivasi dan dorongan berprestasi serta sikap-sikap hubungan
kemanusiaan.[7]
b)
Teori Kelompok
Teori kelompok ini beranggapan agar
kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran
yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Kepemimpinan yang
ditekankan pada adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan
pengikutnyaini, melibatkan pula konsep-konsep sosiologi tentang
keinginan-keinginan mengembangkan peranan. Suatu hasil penelitian ulang yang
sempurna menunjukkan bahwa para pemimpin yang memperhitungkan dan membantu
pengikut-pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan
dan pelaksanaan kerja.[8]
c) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
Ø Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
d) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.[9]
Dua pengukuran yang di pergunakan saling
bergantian dan ada hubungannya dengan gaya kepemimpinan dapat diterangkan
sebagai berikut:
a.
Hubungan kemanusiaan atau gaya yang lunak dihubungkan pemimpin yang tidak melihat perbedaan yang besar dintara teman
kerja yang paling banyak dan paling sedikit disukai.
b.Gaya
yang berorientasi tugas dihubungkan dengan pemimpin yang melihat suatu
perbedaan besar diantara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit
disenangi.[10]
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila: * Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; * Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi; * Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah * Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan ”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.[11]
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila: * Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik; * Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi; * Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah * Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan ”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.[11]
4. Sistem dan Nilai Kepemimpinan
Para Leaders jika kita berbicara mengenai
manusia, maka sebenarnya kita sedang membahas mengenai jiwa dan raga. WS Rendra
berpendapat bahwa manusia adalah kesatuan roh dan badan (sukma dan raga),
sehingga perbuatan yang penuh kesejatian adalah perbuatan yang mencerminkan
kesatuan roh dan badan (sukma dan raga). Dengan demikian, kegiatan kepemimpinan
merupakan kegiatan jasmani sekaligus rohani. Tentang Nilai kepemimpinan,
Dale Carnegie dalam bukunya “The Leader in You” mengatakan bahwa
sebenarnya terdapat jiwa kepemimpinan di dalam setiap diri manusia. Hal senada
juga diungkapkan oleh Sri Sultan HB X yang mengatakan: “Setiap kita sesunguhnya
memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Dan Kekuatan terdahsyat seorang
pemimpin adalah keteladanan dan kejujurannya.”
Sering kali sebagian besar pemimpin terlalu
kencang berteriak kepada stafnya untuk bekerja efektif, efiien, produktif, dan
kreatif. Tetapi sayangnya sistem dan nilai kerja organisasi mereka tidak
mendukung semangat dan antusias yang ada dalam pikiran si pemimpin.
Keberhasilan hanya dapat diperoleh jika sistem dan nilai organisasi mendukung
semua misi dan visi yang dimiliki organisasi tersebut. Jika pemimpin hanya
mengandalkan kepada semangat dan motivasi, tetapi tanpa didukung dengan sistem
dan nilai organisasi yang selaras dengan semua rencana dan tujuan akhir
organisasi tersebut, maka keberhasilan hanya akan menjadi mimpi tanpa wujud,
dan semua program yang dikerjakan hanya menjadi hiasan cerita kegagalan.
Pemimpin yang paham berorganisasi pasti akan
menata sistem dan nilai kerja organisasi yang selaras dengan semua rencana dan
arah tujuan yang ada. Sebab, dia memahami bahwa untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan rencana, maka dia harus menyelaraskan semua misi, visi, dan nilai
ke dalam sebuah tindakan yang didukung oleh sistem yang selaras dengan tujuan
organisasi tersebut.
Sistem dan nilai kerja yang selaras dengan
semua tujuan organisasi akan mampu menjadi kekuatan andal, yang bisa berfungsi
secara efektif untuk menindaklanjuti semua mimpi organisasi menjadi realitas
yang nyata. Mungkin seharusnya seorang pemimpin memperhatikan dan sekaligus
melakukan evaluasi terhadap sistem dan nilai kerja yang ada sekarang, sebelum
membuat rencana - rencana muluk untuk mencapai sukses bersama organisasi yang
dipimpinnya. Tanpa dukungan sistem dan nilai kerja yang sesuai dengan arah
organisasi, maka semua usaha dan kerja keras pemimpin bersama para staf hanya
akan menghasilkan kegagalan.[12]
Leaders, Sebuah kepemimpinan yang digerakan
tanpa sistem dan nilai kerja yang jelas adalah sebuah kepemimpinan yang tidak
jujur kepada diri sendiri. Bila ini terus berlangsung dalam jangka waktu lama,
maka organisasi akan bergerak dan beroperasi tanpa pola yang jelas. Semuanya
akan terlihat berlebihan dan kacau balau tanpa arah dan tujuan. Semangat dan
vitalitas saja belumlah cukup untuk menghasilkan sebuah kinerja maksimal, tapi
untuk semua itu harus didukung dengan sistem dan nilai organisasi yang senyawa
dengan misi, visi, dan nilai dari organisasi tersebut. Pemimpin yang pintar
tidak mungkin mau bekerja dalam sistem dan nilai yang tidak jelas. Dan, buatnya
hal terpenting adalah membuat semua orang hidup dalam sebuah ruang dan waktu
kerja yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi nyata. Sebagai pemimpin
tidaklah seharusnya takluk dengan ketidakberdayaan untuk bisa menata sistem dan
nilai yang sesuai dengan kondisi hari ini dan hari esok. Banyak pemimpin tidak
bisa buka suara, dan tidak berani bertindak untuk menata ulang sistem dan nilai
yang sudah usang. Hal ini dapat berakibat, pemimpin hanya akan meneruskan gaya
kepemimpinannya dalam sistem dan nilai lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan
realitas kehidupan hari ini.
Dengan model kepemimpinan berbasis sistem dan
nilai ini, nantinya sebuah organisasi dapat berjalan bukan berdasarkan
atau tidak terletak pada komando dari orang yang duduk di puncak perusahaan.
Nilai kepemimpinan, justru terletak pada sistem yang dipahami setiap orang yang
berada di dalam sebuah organisasi. Teori kepemimpinan baku, yang lebih kurang
merujuk pada keberadaan seorang pemimpin puncak untuk mempengaruhi orang lain
untuk melakukan sesuatu, haruslah sekarang mulai ditinggalkan. Karena
bagaimanapun nilai kepemimpinan ada pada perorangan di setiap lini dimana
dengan memiliki self-awareness (kesadaran diri sendiri), yang mengerti
kekuatan, kelemahan, memiliki nilai-nilai, dan pandangan tersendiri.
Memiliki ingenuity, yakni kemauan berinovasi dengan keyakinan dan mau
menyesuaikan dengan perubahan dunia.[13]
Memiliki love (cinta), yang mendorong seseorang
berinteraksi dengan pihak lain dengan tingkah laku positif yang juga bisa
membuka potensi pihak lain. Serta terpenting memiliki courage
(keberanian) untuk mengoptimalkan potensi diri sendiri dan potensi orang lain
dengan dasar ambisi dan disertai keinginan sendiri dan bersama-sama untuk
mencapai keberhasilan.
Karena itulah Leaders, Sistem dan Nilai
merupakan landasan terpenting dalam mewujudkan sebuah misi menjadi realitas
yang bermanfaat buat keberhasilan organisasi. Kita sering terjebak kepada
rutinitas yang dikendalikan oleh sistem dan nilai usang, dan akibatnya semua
program dan rencana menjadi tidak jelas dan terkesan uji coba terus.
Sudah menjadi tugas dari seorang pemimpin untuk
selalu memahami realitas dan menjawabnya dengan penyesuaian dan perbaikan
terhadap sistem dan kultur yang sudah tidak selaras dengan tantangan hari ini.
Tetapi semua itu memerlukan kecerdasan, keberanian, kepercayaan diri, dan niat
tulus dari pemimpin. Tidak ada yang tidak mungkin kita kerjakan dengan
sempurna, bila saja kita mau selalu bekerja dengan menata dan merawat sistem
dan kultur kerja yang sesuai dengan tuntutan zaman. Pemimpin itu adalah mata
hati yang harus menggunakan semua sikap positifnya untuk menciptakan segala
kebaikan buat semua orang. Dan, untuk itu pemimpin harus memiliki kecerdasan
total dalam menjadikan sistem dan nilai kerja organisasi terefektif sebagai
kaki dan tangan dalam menggerakan semua aspek kepentingan organisasi.[14]
(Vibizmanagement
–Leadership) - Ada beberapa atribut kepemimpinan yang sangat penting yang
sering diterapkan dalam mempelajari akan kepemimpinan, yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki Rencana ke Depan (Visioner)
Seorang pemimpin harus dapat melihat masa depan dan memiliki visi, baik untuk dirinya maupun timnya. Contohnya : kita sering kali mendengar kehebatan tokoh – tokoh penting di dunia bisnis, seperti Henry Ford, Steve Jobs atau Walt Disney. Apabila ditelusuri, kekuatan para pemimpin bisnis dan tokoh dunia terletak pada visinya. Henry Ford misalnya, memiliki visi menciptakan mobil dengan harga terjangkau dan visi Steve Jobs adalah impiannya mengenai computer meja (desktop) untuk keperluan personal. Pemimpin – pemimpin seperti ini lahir karena mempunya visi yang kuat. Mereka tahu apa yang akan dilakukan ke depan, tidak saja mau dan mampu memikirkan satu bulan atau satu tahun ke depan, bahkan dalam rentang waktu lebih jauh lagi.
Faktor kunci untuk menjadi seorang pemimpin besar adalah penetapan tujuan bagi diri mereka sendiri. Mereka harus mengembangkan kemampuan mereka melihat masa depan, setidaknya lima hingga tujuh tahun ke depan. Untuk tingkat yang lebih senior, seorang pemimpin harus memiliki visi setidaknya hingga sepuluh tahun ke depan, sementara untuk pemimpin tingkat eksekutif, ia harus mampu bertanggung jawab atas keseluruhan organisasi di lingkup nasional maupun internasional serta sudah merancang visi untuk dua puluh tahun ke depan.
Dalam menjalankan mimpinya, pemimpin harus mampu fokus pada tujuan, cara pandang, dan memiliki sistematika tujuan dalam hidupnya. Kesemuanya ini dirangkum dalam bentuk visi. Visi inilah yang dijalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Bung Karno bicara mengenai Indonesia merdeka dan Bhineka Tunggal Ika. Bung Hatta bicara soal ekonomi kerakyatan. Mahatma Gandhi, Martin Luther King dan Nelson Mandela bicara soal perlawanan tanpa kekerasan. Bunda Theresa bicara soal cinta kasih kepada orang miskin. Semua itu rumusan visi yang sederhana, namun berdaya gerak luar biasa, ketika dikomunikasikan dengan keyakinan yang besar dan totalitas diri yang nyaris tanpa pamrih
Kita mengharapkan pemimpin kita mempunyai rasa akan arah dan perhatian akan masa depan organisasi. Harapan ini secara langsung sesuai dengan kemampuan membayangkan masa depan ang ditunjukkan pemimpin. [15]
"You are not here merely to make a living. You are here in order to enable the world to live more amply, with greater vision, with a finer spirit of hope and achievement. You are here to enrich the world, and you impoverish yourself if you forget the errand."
- Woodrow Wilson -
2. Jujur
Arti kata Jujur: lurus hati; tidak berbohong (msl dng berkata apa adanya); 2 tidak curang (msl dl permainan, dng mengikuti aturan yg berlaku): mereka itulah orang-orang yg -- dan disegani; 3 tulus; ikhlas; Kejujuran paling sering dipilih dibandingkan dengan ciri kepemimpinan yang manapun. Jelas sekali bahwa kalau kita bersedia mengikuti seseorang, kita mula-mula mau meyakinkan diri kita bahwa orang itu layak mendapatkan kepercayaan kita. Kita ingin tahu apakah orang itu tulus, etis, dan mempunyai prinsip.
Kita ingin sepenuhnya yakin akan integritas pemimpin kita, apapun konteksnya. Bagaimana seorang pengkikut dapat menilai kejujuran dari pemimpinnya? Mereka mengamati dari perilaku pemimpinnya, bagaimana konsistensi antara kata-kata dan perbuatan. Kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan etika. Kita sama sekali tidak mempercayai orang yang tidak mengatakan kepada kita nilai-nilai, etika dan standart mereka.
3. Peduli, menghargai karyawan
Dengan adanya rasa menghargai kepada anak buah, tentu menjadi suatu motivasi yang jitu dalam memacu semangat kerja anggota tim. Pekerjaan yang mungkin terlihat ”remeh” adalah hasil kerja keras anggota tim kita. Pujian dan penghargaan walau terhadap sesuatu yang kecil akan membuat anggota tim merasa dihargai. Alhasil, kemajuan kinerja akan terus meningkat.
Seorang pemimpin dapat menghargai dan memberikan pujian bagi timnya. Namun jangan hanya sekedar berkata, ”Good job” atau “Excellent” tetapi cobalah menyelaminya lebih dalam lagi. Tunjukkan rasa ingin tahu bilamana hal tersebut dapat dicapai. Sehingga hal ini dapat juga menjadi masukan bagi anggota tim lainnya. Adanya ”share” antara anggota tim akan membuat tim menjadi semakin solid dan terhindar dari kerja tim yang buruk.
Namun kepedulian bukan hanya ditunjukkan dengan pujian, kepedualian juga ditunjukkan dengan adanya teguran – nasihat yang membangun atas kekurangan atau kesalahan yang ada. Pemimpin yang hanya memberikan pujian tidak akan membangun tim yang kuat, namun harus disertai teguran (apabila timnya salah atau kurang) sehingga setiap anggota team dibangun untuk menjadi kuat.[16]
Respect your fellow human being, treat them fairly, disagree with them honestly, enjoy their friendship, explore your thoughts about one another candidly, work together for a common goal and help one another achieve it.
~ Bill Bradley ~
4. Integritas
Integritas berarti melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda katakan. Saat Anda mengatakan kepada tim Anda untuk berlari, maka Anda akan menjadi orang terdepan yang berlari. Integritas membuat orang lain percaya bahwa Anda dapat diandalkan dan mampu membawa 'pengikut' Anda ke posisi teratas. Integritas adalah penepatan janji-janji anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan membawa mereka menuju ke tujuan yang anda janjikan.
"Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired, and success achieved."
Helen Keller
5. Bijaksana
Seorang pemimpin yang bijaksana dapat mengubah sisi negatif dari anggota timnya menjadi suatu kekuatan positif yang dapat memajukan timnya. Misalnya, seorang yang “cukup vokal” dalam suatu kelompok cenderung mudah menilai rekan-rekannya yang lain, entah itu penilaian negatif ataupun positif, bahkan sering kali menjadi “provokator”. Seorang pemimpin yang bijaksana hendaknya tidak cepat mengambil sikap antipati pada si”vokal” namun dengan bijaksana dapat mengarahkannya menjadi partner dalam bertukar pendapat serta menjadikannya motivator bagi timnya.
Adakalanya suatu tim bahkan tidak terlihat sama sekali kekuatannya. Bukan berarti tidak memiliki kekuatan tetapi di sinilah seorang pemimpin diperlukan untuk menggali potensi yang ada dari tim yang dimilikinya serta mengasahnya menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi organisasinya.
Kemampuan seorang pemimpin dapat dilihat dari langkah-langkah yang diambil saat menghadapi situasi genting atau di luar kendali. Dari sanalah teruji kapasitas yang sesungguhnya dari pemimpin tersebut.[17]
"How we spend our days is, of course, how we spend our lives."
Annie Dillard - Author and Nobel Prize recipient
6. Memberikan arahan dan dukungan
Pemimpin adalah mereka yang bisa memberikan arahan dan dukungan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu sasaran. Memberikan arahan dan dukungan disini juga berarti involve atau perhatian dalam apa yang dilakukan anggota team, memberikan nasihat dan arahan – khususnya dalam menghadapi keadaan yang sulit. Pemimpin yang baik selalu open door – apabila hendak ditemui oleh anggota teamnya, terlebih dalam menghadapi suatu permasalahan atau kondisi pengambilan keputusan yang penting. Ada beberapa pemimpin yang sulit sekali dimintakan arahan dan dukungannya, sehingga membuat anggota team frustasi atau terhambat dalam mengerjakan sesuatu dengan cepat serta efektif.
"To live is to choose. But to choose well, you must know who you are and what you stand for, where you want to go and why you want to get there."
Kofi Annan
7. Mau bekerjasama (kooperatif)
Kerja sama adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki setiap orang agar mampu bertahan dalam suatu lingkungan atau kelompok sosial. Pada lingkungan pekerjaan, kerja sama merupakan hal yang mutlak dilakukan agar tujuan dapat tercapai maksimal.
Agar kerja sama terjalin dengan efektif, perlu adanya rasa saling memahami antara sesama rekan kerja, terutama antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Untuk mendapatkan kerja sama yang baik, seseorang harus tahu terlebih dahulu bagaimana kemampuan dan komitmennya terhadap pekerjaan, dan apa yang harus dilakukan pemimpin terhadap hal tersebut.
8. Bersikap adil
Bersikap adil sangat penting agar setiap anggota team tahu bahwa mereka tidak dinomorduakan dan setiap mereka – bagian yang mereka lakukan - penting. Bersikap adil bukan berarti membagi waktu dan perhatian yang sama kepada setiap anggota, namun memberikan perhatian, perlakuan yang adil, yang sepantasnya kepada setiap anggota team. Mengukur prestasi seseorang berdasarkan kinerjanya – bukan berdasarkan kedekatan/pertemanan. Memberikan penghargaan bukan berdasarkan senioritas, namun berdasarkan kontribusi yang diberikan setiap anggota team. Seringkali banyak pemimpin terjebak dalam istilah “urut kacang”. Yang lebih senior yang lebih dahulu diprioritaskan. Tidak seharusnya demikian, namun berdasarkan kontribusi dan kesungguhan seseorang dalam melakukan pekerjaannya.[18]
1. Memiliki Rencana ke Depan (Visioner)
Seorang pemimpin harus dapat melihat masa depan dan memiliki visi, baik untuk dirinya maupun timnya. Contohnya : kita sering kali mendengar kehebatan tokoh – tokoh penting di dunia bisnis, seperti Henry Ford, Steve Jobs atau Walt Disney. Apabila ditelusuri, kekuatan para pemimpin bisnis dan tokoh dunia terletak pada visinya. Henry Ford misalnya, memiliki visi menciptakan mobil dengan harga terjangkau dan visi Steve Jobs adalah impiannya mengenai computer meja (desktop) untuk keperluan personal. Pemimpin – pemimpin seperti ini lahir karena mempunya visi yang kuat. Mereka tahu apa yang akan dilakukan ke depan, tidak saja mau dan mampu memikirkan satu bulan atau satu tahun ke depan, bahkan dalam rentang waktu lebih jauh lagi.
Faktor kunci untuk menjadi seorang pemimpin besar adalah penetapan tujuan bagi diri mereka sendiri. Mereka harus mengembangkan kemampuan mereka melihat masa depan, setidaknya lima hingga tujuh tahun ke depan. Untuk tingkat yang lebih senior, seorang pemimpin harus memiliki visi setidaknya hingga sepuluh tahun ke depan, sementara untuk pemimpin tingkat eksekutif, ia harus mampu bertanggung jawab atas keseluruhan organisasi di lingkup nasional maupun internasional serta sudah merancang visi untuk dua puluh tahun ke depan.
Dalam menjalankan mimpinya, pemimpin harus mampu fokus pada tujuan, cara pandang, dan memiliki sistematika tujuan dalam hidupnya. Kesemuanya ini dirangkum dalam bentuk visi. Visi inilah yang dijalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Bung Karno bicara mengenai Indonesia merdeka dan Bhineka Tunggal Ika. Bung Hatta bicara soal ekonomi kerakyatan. Mahatma Gandhi, Martin Luther King dan Nelson Mandela bicara soal perlawanan tanpa kekerasan. Bunda Theresa bicara soal cinta kasih kepada orang miskin. Semua itu rumusan visi yang sederhana, namun berdaya gerak luar biasa, ketika dikomunikasikan dengan keyakinan yang besar dan totalitas diri yang nyaris tanpa pamrih
Kita mengharapkan pemimpin kita mempunyai rasa akan arah dan perhatian akan masa depan organisasi. Harapan ini secara langsung sesuai dengan kemampuan membayangkan masa depan ang ditunjukkan pemimpin. [15]
"You are not here merely to make a living. You are here in order to enable the world to live more amply, with greater vision, with a finer spirit of hope and achievement. You are here to enrich the world, and you impoverish yourself if you forget the errand."
- Woodrow Wilson -
2. Jujur
Arti kata Jujur: lurus hati; tidak berbohong (msl dng berkata apa adanya); 2 tidak curang (msl dl permainan, dng mengikuti aturan yg berlaku): mereka itulah orang-orang yg -- dan disegani; 3 tulus; ikhlas; Kejujuran paling sering dipilih dibandingkan dengan ciri kepemimpinan yang manapun. Jelas sekali bahwa kalau kita bersedia mengikuti seseorang, kita mula-mula mau meyakinkan diri kita bahwa orang itu layak mendapatkan kepercayaan kita. Kita ingin tahu apakah orang itu tulus, etis, dan mempunyai prinsip.
Kita ingin sepenuhnya yakin akan integritas pemimpin kita, apapun konteksnya. Bagaimana seorang pengkikut dapat menilai kejujuran dari pemimpinnya? Mereka mengamati dari perilaku pemimpinnya, bagaimana konsistensi antara kata-kata dan perbuatan. Kejujuran juga berhubungan dengan nilai dan etika. Kita sama sekali tidak mempercayai orang yang tidak mengatakan kepada kita nilai-nilai, etika dan standart mereka.
3. Peduli, menghargai karyawan
Dengan adanya rasa menghargai kepada anak buah, tentu menjadi suatu motivasi yang jitu dalam memacu semangat kerja anggota tim. Pekerjaan yang mungkin terlihat ”remeh” adalah hasil kerja keras anggota tim kita. Pujian dan penghargaan walau terhadap sesuatu yang kecil akan membuat anggota tim merasa dihargai. Alhasil, kemajuan kinerja akan terus meningkat.
Seorang pemimpin dapat menghargai dan memberikan pujian bagi timnya. Namun jangan hanya sekedar berkata, ”Good job” atau “Excellent” tetapi cobalah menyelaminya lebih dalam lagi. Tunjukkan rasa ingin tahu bilamana hal tersebut dapat dicapai. Sehingga hal ini dapat juga menjadi masukan bagi anggota tim lainnya. Adanya ”share” antara anggota tim akan membuat tim menjadi semakin solid dan terhindar dari kerja tim yang buruk.
Namun kepedulian bukan hanya ditunjukkan dengan pujian, kepedualian juga ditunjukkan dengan adanya teguran – nasihat yang membangun atas kekurangan atau kesalahan yang ada. Pemimpin yang hanya memberikan pujian tidak akan membangun tim yang kuat, namun harus disertai teguran (apabila timnya salah atau kurang) sehingga setiap anggota team dibangun untuk menjadi kuat.[16]
Respect your fellow human being, treat them fairly, disagree with them honestly, enjoy their friendship, explore your thoughts about one another candidly, work together for a common goal and help one another achieve it.
~ Bill Bradley ~
4. Integritas
Integritas berarti melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda katakan. Saat Anda mengatakan kepada tim Anda untuk berlari, maka Anda akan menjadi orang terdepan yang berlari. Integritas membuat orang lain percaya bahwa Anda dapat diandalkan dan mampu membawa 'pengikut' Anda ke posisi teratas. Integritas adalah penepatan janji-janji anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan membawa mereka menuju ke tujuan yang anda janjikan.
"Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired, and success achieved."
Helen Keller
5. Bijaksana
Seorang pemimpin yang bijaksana dapat mengubah sisi negatif dari anggota timnya menjadi suatu kekuatan positif yang dapat memajukan timnya. Misalnya, seorang yang “cukup vokal” dalam suatu kelompok cenderung mudah menilai rekan-rekannya yang lain, entah itu penilaian negatif ataupun positif, bahkan sering kali menjadi “provokator”. Seorang pemimpin yang bijaksana hendaknya tidak cepat mengambil sikap antipati pada si”vokal” namun dengan bijaksana dapat mengarahkannya menjadi partner dalam bertukar pendapat serta menjadikannya motivator bagi timnya.
Adakalanya suatu tim bahkan tidak terlihat sama sekali kekuatannya. Bukan berarti tidak memiliki kekuatan tetapi di sinilah seorang pemimpin diperlukan untuk menggali potensi yang ada dari tim yang dimilikinya serta mengasahnya menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi organisasinya.
Kemampuan seorang pemimpin dapat dilihat dari langkah-langkah yang diambil saat menghadapi situasi genting atau di luar kendali. Dari sanalah teruji kapasitas yang sesungguhnya dari pemimpin tersebut.[17]
"How we spend our days is, of course, how we spend our lives."
Annie Dillard - Author and Nobel Prize recipient
6. Memberikan arahan dan dukungan
Pemimpin adalah mereka yang bisa memberikan arahan dan dukungan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu sasaran. Memberikan arahan dan dukungan disini juga berarti involve atau perhatian dalam apa yang dilakukan anggota team, memberikan nasihat dan arahan – khususnya dalam menghadapi keadaan yang sulit. Pemimpin yang baik selalu open door – apabila hendak ditemui oleh anggota teamnya, terlebih dalam menghadapi suatu permasalahan atau kondisi pengambilan keputusan yang penting. Ada beberapa pemimpin yang sulit sekali dimintakan arahan dan dukungannya, sehingga membuat anggota team frustasi atau terhambat dalam mengerjakan sesuatu dengan cepat serta efektif.
"To live is to choose. But to choose well, you must know who you are and what you stand for, where you want to go and why you want to get there."
Kofi Annan
7. Mau bekerjasama (kooperatif)
Kerja sama adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki setiap orang agar mampu bertahan dalam suatu lingkungan atau kelompok sosial. Pada lingkungan pekerjaan, kerja sama merupakan hal yang mutlak dilakukan agar tujuan dapat tercapai maksimal.
Agar kerja sama terjalin dengan efektif, perlu adanya rasa saling memahami antara sesama rekan kerja, terutama antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Untuk mendapatkan kerja sama yang baik, seseorang harus tahu terlebih dahulu bagaimana kemampuan dan komitmennya terhadap pekerjaan, dan apa yang harus dilakukan pemimpin terhadap hal tersebut.
8. Bersikap adil
Bersikap adil sangat penting agar setiap anggota team tahu bahwa mereka tidak dinomorduakan dan setiap mereka – bagian yang mereka lakukan - penting. Bersikap adil bukan berarti membagi waktu dan perhatian yang sama kepada setiap anggota, namun memberikan perhatian, perlakuan yang adil, yang sepantasnya kepada setiap anggota team. Mengukur prestasi seseorang berdasarkan kinerjanya – bukan berdasarkan kedekatan/pertemanan. Memberikan penghargaan bukan berdasarkan senioritas, namun berdasarkan kontribusi yang diberikan setiap anggota team. Seringkali banyak pemimpin terjebak dalam istilah “urut kacang”. Yang lebih senior yang lebih dahulu diprioritaskan. Tidak seharusnya demikian, namun berdasarkan kontribusi dan kesungguhan seseorang dalam melakukan pekerjaannya.[18]
9. Memberikan ide/inisiatif – menggerakkan orang lain
Seorang pemimpin adalah seseorang yang secara mampu menggerakkan orang lain untuk melangkah dengan kesadaran mereka sendiri. Mereka mampu menumbuhkan harapan, kepercayaan diri, gairah, antusiasme dan tindakan dari para pengikut. Apakah Anda dikenal sebagai seseorang yang mampu menggerakkan orang lain?
Kadang kala pemimpin juga “sedikit memaksa” agar orang lain bergerak dan bersikap lebih rajin, proaktif, demi kepentingan orang tersebut.
Kita juga mengharapkan pemimpin kita antusias, penuh semangat dan positif tentang masa depan. Tidak cukup bagi seorang pemimpin untuk punya impian tentang masa depan, Seorang pemimpin harus bisa menyampaikan wawasan dengan cara yang mendorong kita untuk siap bertahan.
Success seems to be connected with action. Successful people keep moving. They make mistakes, but they don't quit.
::: Conrad Hilton :::
10. Cerdas (pandai, menguasai pekerjaan).
Kita harus berkeyakinan bahwa orang itu cakap membimbing kita ke tempat yang kita tuju. Kita harus melihat pemimpin cakap dan efektif. Kalau kita meragukan kemampuan pemimpin, kita tidak bisa diajak untuk berjuang bersama. Kecerdasan pemimpin diperlukan terlebih dalam menghadapi situasi permasalahan dan apabila ada dalam keadaan yang statis. Pemimpin yang cerdas akan mampu membawa kita melewati persoalan dan menerobos cakrawala memberikan suatu dimensi harapan yang lebih terlihat, sehingga seseorang akan menjadi lebih self confidence dan berpikir lebih kreatif untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. [19]
11. Berani menghadapi tantangan/ resiko
Superman menjadi superman karena berani menghadapi Lex Luthor. Spiderman menjadi pahlawan karena berani melawan Venom. Smash (boyband penyanyi lagu I heart you alias Cinta Cenat-Cenut) menjadi terkenal di kalangan ABG, main iklan dan sinetron karena berani menghadapi risiko dilecehkan 200 juta rakyat Indonesia.
Saat kita mencoba sesuatu di luar kebiasaan, itu artinya kita sedang mengambil risiko. Keberanian untuk mengambil risiko adalah bagian dari pertumbuhan yang amat penting. Para pemimpin menimbang risiko dan keuntungan di balik itu lalu cepat bertindak sebelum kehilangan kesempatan.
Berani itu hendaknya tidak hanya dipersepsi sebagai berani mengambil keputusan saja, TETAPI juga berani mengakui kesalahan.
"I've missed over 9,000 shots in my career. I've lost almost 300 games. 26 times I've been trusted to take the game-winning shot...and missed. I've failed over and over and over again in my life. And that is why I succeed."
Michael Jordan
12. Mau susah dan menjalani proses
Seorang pemimpin tentu tidak menjadi pemimpin dengan sendirinya. Ia haruslah seseorang yang mau menjalani proses supaya kepemimpinannya bukan kepemimpinan yang seumur jagung, namun kepemimpinan yang makin lama makin berkembang, baik bagi dirinya, bagi teamnya, maupun bagi perusahaan/komunitas yang lebih besar. Pemimpin yang mau susah dalam pengertian mau untuk bersama-sama anggota team menyelami permasalahan, tantangan yang dihadapi, membahas bersama untuk memecahkan masalah dan menjadi lebih maju. Menjalani proses karena tidak ada sesuatu yang terjadi secara instan, proses harus dijalani, langkah demi langkah tindakan yang harus diambil harus dipersiapkan dan dijalani. Tidak ada super formula keberhasilan in a minute. Yang ada adalah tangga yang harus dijalani satu per satu sehingga dengan berjalannya sang waktu bersama-sama mencapai keberhasilan yang lebih tinggi.[20]
"Patience, persistence and perspiration make an unbeatable combination for success."
5. Gaya Kepemimpinan
a. Gaya Kepemimpinan Kontinum
Gaya ini sebenarnya termasuk klasik.
Orang yang pertama kali mengenalkan ialah Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt.
Kedua hli ini menggambarkan gagasannya. Ada dua bidang pengaruh eksterm.
Pertama, bidang pengaruh pimpinan dan
kedua, bidang penfaruh kebebasan bawahan. Pada bidang pertama pimpinan
menggunakan otoritasnya dalam gaya kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua
pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.
b. Gaya Managerial Grid
Usaha
yang dilakukan oleh Robert R. Blake dan jane S. Mouton. Dalam pendekatan ini, manager
berhubungan dengan dua hal yaitu produksi satu pihak dan orang-orang di pihak
lain. Sebagaimana dikehendaki oleh Blake dan Mouton, gaya ini ditekankan bagaimana
manajer memikirkan mengenai produksi dan hubungan kerja dengan manusianya,
bukannya ditekankan pada beberapa banyak produksi harus dihasilakn dan beberapa
banyak ia harus berhubungan dengan bawahannya.[21]
6. Kepemimpinan yang Efektif
Kepemimpinan yang efe ktif harus memberikan pengarahan
terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Tanpa kepemimpinan atau bimbingan, hubungan antara tujuan perseorangan dan
tujuan orgamisasi mungkin menjadi renggang. Keadaan ini menimbulkan situasi
dimana perseorangan bekerja untuk mendapattujuan pribadinya, sementara itu
keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaian
sasaran-sasarannya.[22]
DAFTAR
PUSTAKA
Reksohadiprodjo, Sukanto. Organisasi Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta, 2001.
Saiful Hadi El Sutha. Great Story Of The Man From Desert. Jakarta:
Prima Pustaka, 2013.
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Winardi. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenada
Media, 2004.
[1] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.129
[2] Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), hal. 304
[3]Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 56
[4] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 88
[5] Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 62
[6] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.131
[7]Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 287
[8] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 289
[9] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.134
[10] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 291
[11] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.139
[12] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.140
[13] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.141
[14] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.142
[15] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.143
[16] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.144
[17] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.145
[18] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.146
[19] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.147
[20] Saiful Hadi El Sutha, Great Story Of The Man From Desert, (Jakarta:
Prima Pustaka, 2013), h.148
[21] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 304-307
[22] Sukanto Reksohadiprodjo, Organisasi Perusahaan, (Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta, 2001), h. 282